Mengenal Sistem Panas Bumi (Geothermal)

Panas Bumi atau Geothermal berasal dari kata bahasa Yunani, tersusun atas kata "Geo" yang berarti bumi dan "Thermos" yang berarti panas. Secara sederhana panas bumi dapat diartikan sebagai sumber energi panas yang berasal dari dalam bumi. Secara umum, pembentukan energi panas bumi berkaitan dengan kegiatan vulkanisme dan mekanisme pembentukan magma. Sistem panas bumi pada suhu tinggi umumnya terletak disepanjang zona vulkanik punggungan pemekaran benua, di atas zona subduksi, dan anomali pelelehan di dalam lempeng.

Batas-batas pertemuan lempeng merupakan pusat lokasi munculnya sistem hidrotermal. Perpindahan energi panas secara konduktif pada lingkungan tektonik lempeng, diperbesar oleh adanya gerakan magma dan sirkulasi hidrotermal. Beberapa definisi lain tentang panas bumi diantaranya adalah menurut:
  1. Hochstein dan Browne (2000), mendeskripsikan panas bumi sebagai proses perpindahan panas dari suatu tempat ke tempat tertentu dalam kerak bumi, dimana panas (heat) dipindahkan dari sumber panas (heat source) menuju ke suatu tempat pengeluaran panas di permukaan (heat sink).
  2. UU Panas Bumi No 21 Tahun 2014, menyebutkan bahwa panas bumi didefinisikan sebagai sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, serta batuan, bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi.

Persyaratan utama pembentukan sistem panas bumi (hidrotermal) adalah:
  1. Adanya Sumber panas (heat source)
  2. Adanya Reservoir untuk mengakumulasi panas
  3. Adanya Lapisan penudung (caprock) sebagai tempat terakumulasinya panas

Sumber panas dalam sistem panas bumi umumnya berasal dari magma. Pembentukan awal magma dapat terjadi sebagai hasil pelelehan mantel (partial melting) atau karena pelelehan sebagian kerak bumi pada proses penebalan lempeng benua, seperti yang terjadi pada tumbukan antar lempeng benua (collision).

Reservoir panas bumi yang produktif umumnya memiliki suhu yang tinggi, geometri yang cukup besar, porositas dan permeabilitas yang baik serta kandungan fluida yang cukup. Porositas dan permeabilitas merupakan salah satu aspek yang diperhitungkan dalam penentuan daerah prospek panas bumi. Umumnya, permeabilitas memiliki keterkaitan unsur-unsur struktur seperti sesar, kekar, dan rekahan. Keberadaan batuan penudung (caprock) yang bersifat impermeable sangat diperlukan untuk mencegah jalan keluar akumulasi fluida panas dalam reservoir.

sistem panas bumi geothermal
Gambar Ilustrasi Sistem Panas Bumi (Geothermal).

Proses pembentukan sistem panas bumi diibaratkan seperti memasak air dalam ceret di atas kompor. Aktivitas magma di dalam bumi diilustrasikan sebagai kompor yang berperan sebagai sumber panas. Sedangkan batuan dasar serta batuan penutup di atasnya yang memerangkap uap panas dimisalkan sebagai ceretnya. Seiring dengan meningkatnya tekanan dan temperatur dalam wadah tersebut maka air akan mengalami perubahan fasa membentuk uap air.

Secara umum, potensi panas bumi yang terdapat di Indonesia terbagi menjadi dua lingkungan geologi, yaitu lingkungan vulkanik dan non-vulkanik. Pembahasan sistem panas bumi pada lingkungan vulkanik dan non-vulkanik akan dibahas pada kesempatan berikutnya.
Komentar