Batu Marmer (Pualam) : Ciri-Ciri, Jenis, Pemanfaatan dan Proses Terbentuknya

Apa itu Marmer ?

Marmer adalah batuan metamorf yang terbentuk dari batu kapur (batu gamping) yang mengalami panas dan tekanan metamorfosis. Batu marmer tersusun atas mineral utama kalsit (CaCO3) dan mengandung mineral lain seperti mineral grafit, lempung, kuarsa, mika, oksida besi, dan pirit.

Di bawah kondisi metamorfisme, kalsit dalam batu gamping mengalami rekristalisasi membentuk batuan yang tersusun atas massa kristal kalsit yang saling terikat. Untuk jenis marmer dolomit terbentuk saat dolostone mengalami panas dan tekanan yang tinggi.

Gambar batu marmer.

Batu Marmer Termasuk Jenis Batuan Apa ?

Pada kalangan umum (secara komersial) nama lain batu marmer adalah batu pualam. Batu marmer termasuk jenis batuan malihan (metamorf) yang merupakan hasil proses metamorfosa (malihan) dari batuan asalnya yaitu batu kapur (batu gamping).

Akibat pengaruh temperatur maupun tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen, batu gamping akan mengalami kristalisasi kembali (rekristalisasi) sehingga menghasilkan berbagai struktur foliasi maupun non foliasi dan pada akhirnya terbentuklah batu marmer.

Berdasarkan distribusi warnanya, batuan ini terbagi atas 2 jenis yaitu marmer putih dan marmer berwarna. Marmer putih dihasilkan dari metamorfosa batu kapur murni atau batu kapur dolomitan. Sedangkan marmer berwarna berasal dari metamorfosa batu kapur tidak murni. Distribusi warnanya tergantung pada alam dan impuritasnya (unsur pengotornya).

Marmer adalah bahan galian yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat luas, bahkan cukup gencar pula muncul ke permukaan karena sensasi perburuan jenis marmer tembus cahaya atau biasa disebut dengan batu mulia. Selain dapat digunakan sebagai batu perhiasan, manfaat marmer yang lainnya yaitu dapat digunakan untuk membuat tegel, toilet, dinding, serta oramen-ornamen keramik lainnya.

Proses Terbentuknya Batu Marmer

Batu marmer atau dikenal juga dengan sebutan batu pualam merupakan batuan metamorf atau malihan dari batuan asalnya yaitu batu kapur. Proses terjadinya marmer sangat dipengaruhi oleh temperatur maupun tekanan sehingga menyebabkan terjadinya kristalisasi kembali (rekristalisasi) pada batuan tersebut sehingga membentuk berbagai tekstur foliasi mapun non foliasi.

Akibat rekristalisasi akan menghilangkan struktur asal batuan, tetapi juga akan membentuk sebuah tekstur baru serta keteraturan butir. Pembentukan batu marmer di Indonesia terjadi sekitar 30-60 juta tahun lalu atau berumur Kuarter hingga Tersier.

Terubahnya batu kapur menjadi marmer sering terjadi di batas lempeng konvergen, disitulah sebagian besar kerak bumi terpapar panas dan tekanan metamorfosis regional. Beberapa jenis marmer juga terbentuk melalui proses metamorfisme kontak saat tubuh magma yang panas memanaskan batu kapur atau dolostone yang ada didekatnya. Semua proses ini terjadi pada batas lempeng konvergen.

Sebelum metamorfisme, kalsit yang ada pada batugamping tersusun atas bahan fosil yang terlitifikasi dari pecahan biologi. Dan selama metamorfisme, kalsit akan mengkristal ulang sehingga membuat tekstur batuan berubah.

Pada tahap awal perubahan batugamping menjadi marmer, kristal kalsit dalam batuan sangat kecil. Pada spesimen tangan yang baru patah, kalsit mungkin hanya dikenali sebagai kilau yang terpantul dari permukaan belahan saat batuannya terpapar cahaya.

Saat metamorfosis berlangsung, kristal akan tumbuh lebih besar dan menjadi mudah dikenali sebagai kristal kalsit yang saling terikat. Rekristalisasi mengaburkan bentuk fosil asli dan struktur sedimen asli dari batugamping.

Proses ini juga dapat terjadi tanpa membentuk foliasi yang biasanya ditemukan pada batuan yang terubah oleh tekanan terarah dari batas lempeng konvergen. Rekristalisasi inilah yang menandai pemisahan antara batu kapur dan marmer. Marmer yang telah mengalami metamorfisme tingkat rendah akan memiliki kristal kalsit yang sangat kecil. Kristal biasanya tumbuh sesuai ukuran dan tingkat metamorfosis.

Mineral lempung di dalam marmer akan berubah menjadi mika dan struktur silikat yang lebih kompleks seiring dengan meningkatnya tingkat metamorfisme. Beberapa mineral silikat kemungkinan berkontribusi pada pembentukan mineral permata seperti korundum yaitu mineral ruby dan safir.

Marmer biasanya merupakan batuan yang berwarna terang. Bila terbentuk dari batu kapur dengan sedikit pengotor maka warnanya akan terlihat putih. Marmer yang mengandung pengotor seperti mineral lempung, oksida besi, atau bahan bitumen dapat berwarna kebiruan, merah muda, abu-abu, hitam, maupun kuning.

Gambar : a. Batu gamping putih, b. Marmer abu-abu, c. Marmer merah muda, d. Mineral ruby di marmer.

Ciri-Ciri Marmer

Marmer mempunyai sruktur yang kompak, gugusan kristalnya relatif sama dengan tekstur halus sampai agak kasar. Marmer di dominasi oleh mineral kalsit dengan kandungan mineral minor lainnya adalah kuarsa, mika, chlorit, tremolit, serta silikat lainnya seperti graphit, hematit, juga limonit. Nilai komersil marmer bergantung kepada warna maupun teksturnya.

Marmer berkualitas tinggi adalah berwarna putih sangat jernih, karena kandungan kalsitnya > 90 %. Sedangkan marmer berwarna abu-abu dihasilkan karena kandungan grafit pada batuan tersebut, pink-merah akibat adanya kandungan hematit, kuning-krem sebagai pengaruh dari kandungan limonit.

Marmer juga dicirikan oleh gores arah jurus lapisan grapit atau silikat gelapnya. Berdasarkan besar butirnya, tekstur batuan ini berkisar halus hingga kasar. Sifat sifat lainnya yang berpengaruh terhadap kualitas marmer adalah porositas, kekuatan regangan serta kekuatan terhadap perubahan cuaca ekstrim.

Jenis-Jenis Marmer

Jenis-jenis batu marmer pada umumnya dibedakan berdasarkan warna, tekstur, serta komposisi mineralnya. Jenis marmer yang terkenal yaitu "Statuary Marble" (fine texture) bersih putih; "Architectural Marble", warna tekstur, mutu juga kekuatannya sangat bagus; "Ornamental Marble" yang warnanya indah; "Onix Marble" jernih yang terdiri atas material organik dan kalsit; "Cipolin Marble" banyak mengandung mika-talk; "Ruin Marble" teksturnya halus dengan bentuk kristal tidak teratur; "Breccia Marble" teksturnya kasar dan persegi; "Shell Marble" terdiri atas fosil-fosil.

Secara komersial marmer dikenal juga dengan 2 tipe, yaitu tipe marmer lokal dan tipe marmer impor. Batu marmer lokal pada umumnya berwarna terang, sedangkan marmer impor warnanya agak gelap, seperti warna coklat. Tetapi, tidak berarti seluruh marmer impor berwarna gelap. Karena ada juga marmer asal China memiliki warna hampir sama dengan marmer lokal, seperti warna krem.

Secara fisik akan nampak jelas aspek pori-porinya, dimana marmer impor memiliki pori-pori lebih rapat sedangkan marmer lokal kurang rapat. Untuk mengetahui pori-pori marmer tersebut rapat atau tidaknya, cukup dengan menyiramkan air pada bagian atas marmer, jika meninggalkan bekas basah walau telah dilap dengan kain kering, berarti pori-pori marmer tersebut besar (Mega Sari, Kompas, 2002).

Selain tipe marmer lokal maupun non lokal, marmer atau batu pualam biasa juga dikategorikan kepada dua penampilan yaitu tipe ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-meja, toilet, lantai, dinding dan sebagainya, sedangkan tipe staturio sering dipakai untuk seni pahat patung (Asril, 1994).

Pemanfaatan Marmer

Sebagai bahan galian yang mempunyai nilai jual tinggi karena ronanya sangat indah, artistik, serta aspek kuat tekan dan geser yang tinggi menjadikan bahan galian ini mempunyai pangsa pasar relatif tinggi hingga menengah. Penggunaan marmer biasanya untuk meja, tegel, hiasan dinding, perlengkapan rumah tangga sepeti guci, lampu hias dan lain sebagainya.

Untuk tegel, dinding, meja memerlukan diameter besar serta kualitas sangat baik, dalam artian sedikit sekali adanya retakan dan kandungan mineral bijihnya, sehingga akan menimbulkan kesan dingin walaupun terpapar sinar matahari sekalipun.

Sejak zaman dahulu, marmer sudah memiliki pangsa pasar yang baik, sehingga perburuan ke lokasi-lokasi penghasil marmer pun cukup tinggi. Italia merupakan negara penghasil marmer sangat terkenal di dunia, walaupun pada kenyataannya bahan baku marmer itu sendiri bukan asli Italia tetapi dari negara-negara lainnya yang dimasukan terlebih dahulu ke Italia. Marmer dari luar tersebut diproses terlebih dahulu di Italia, kemudian dikemas sedemikian rupa, lalu dipasarkan dengan merek Italia.

Pasar marmer atau batu pualam yang sempat kandas saat krisis melanda kini mulai membaik. Meski kualitas pengolahan marmer indonesia (lokal) masih kalah dengan polesan produk impor, namun dari sisi penjualan marmer lokal lebih baik.

Produk lokal dengan impor memang tidak beda jauh seperti, namun, harga marmer lokal lebih murah dibanding dengan marmer impor. Oleh karena itu rata-rata konsumen menyukai produk lokal karena selain lebih murah, ornamen yang disuguhkan juga hampir sama. Jika belum cukup jeli, sulit untuk membedakan antara marmer lokal maupun impor.

Referensi
Asril Riyanto, 1994, Batu Pualam (Marmer), Bahan Galian Industri) Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, B.30.94. Alamanda Gemilang, Alamanda Granit dan Marble, 1998, PT. Alamanda Gemilang, Jakarta. Tushadi, 1990, Bahan Galian Industri Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Bandung. Puslitbang Teknologi Mineral, Buletin Statistik Komoditi Mineral Indonesia Nomor 28 tahun 2001, Bandung: Proyek Pengembangan Manajemen Sumberdaya.
Komentar