Tujuan Melakukan Analisis Kestabilan Lereng
Di alam, baik lereng alami maupun lereng buatan dapat terbentuk pada tanah (relatif lemah), pada batu (sangat kuat), pada batuan berstruktur (massa batuan), maupun merupakan gabungan dari beberapa kondisi tersebut. Untuk itu, metode analisis kestabilan yang dapat diterapkan pada setiap kondisi (material) lereng yang berbeda, akan berbeda pula.Artinya suatu metode yang cocok untuk tanah yang sifatnya homogen dan kontinyu, serta relatif lemah tidak akan cocok untuk lereng pada massa batuan atau pada batu yang keras (kuat) dan sebaliknya. Dalam usaha untuk mengetahui atau menilai apakah suatu lereng dalam keadaan stabil atau tidak, perlu dilakukan analisis terhadap kestabilannya.
Tujuan atau kegunaan analisis kemantapan lereng adalah untuk mengerti perkembangan bentuk lereng alamiah dan proses yang bertanggung jawab terhadap berbagai ciri alamiah tersebut. Selain itu dengan melakukan analisis, kita juga dapat menilai kemantapan lereng jangka pendek (sering selama konstruksi) dan jangka panjang, menilai kemungkinan kelongsoran yang melibatkan lereng alamiah dan lereng buatan, mengerti mekanisme longsor dan pengaruh faktor lingkungan sehingga memungkinkan rancangan ulang dari lereng yang telah runtuh dan merencanakan serta merancang pengukuran perbaikan dan pencegahan jika diperlukan. Dengan melakukan analisis kestabilan lereng, kita juga dapat mengetahui akibat pembebanan seismik terhadap lereng dan timbunan.
Metode Elemen Hingga, Metode Irisan, Metode Bishop, dan Metode Cullman
Metode yang diterapkan untuk analisis kestabilan lereng sudah banyak dibuat orang, mulai dari metode analisis irisan (slice methods) yang diperkenalkan oleh Fellenius (1927, 1936) yang juga populer dengan nama metode Swedia. Metode analisis tersebut dibuat untuk menganalisis lereng tanah dengan membaginya dalam irisan-irisan tegak. Selain itu ada juga metode elemen hingga, metode bishop, metode cullman, metode janbu, dan metode spencer.Konsep tekanan pori dan tegangan efektif diperkenalkan oleh Terzaghi (1936). Fellenius (1936) dan Bishop (1955) memasukkan gaya-gaya antar irisan dalam perhitungannya. Selanjutnya banyak ahli-ahli lain yang memperkenalkan metode-metode analisis baru yang lebih teliti, yaitu Morgenstern Price (1965), Janbu (1973) dll; dan juga dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap metode-metode yang sudah ada. Metode-metode analisis tersebut umumnya dimaksudkan untuk mendapatkan hasil analisis yang sebaik-baiknya, sesuai dengan kondisi lereng yang dianalisis.
Ditinjau dari jenis dan sifat-sifat material pembentuk lereng maka longsoran yang terjadi dapat mempunyai bidang longsoran yang berbeda misalnya :
- Lereng pada tanah yang homogen akan mempunyai bidang longsoran yang berupa busur lingkar atau mendekati bentuk tersebut.
- Lereng pada tanah yang tidak homogen akan menghasilkan bidang longsoran yang berbentuk campuran antara bidang lengkung dan bidang datar (tanah yang tidak rata pelapukannya)
- Lereng pada batu (massa batuan) akan mempunyai bidang longsoran yang mengikuti bidang-bidang lemahnya (longsor bidang, longsor baji atau toppling).
Umumnya yang diterapkan pada analisis lereng tanah (homogen) adalah metode analisis dengan model bidang longsoran yang berupa busur lingkaran. Sedangkan model longsoran dengan bidang longsoran yang tidak teratur (gabungan antara bidang dan busur lingkaran) diterapkan pada tanah yang tidak homogen. Model longsoran dengan bidang lemah berupa bidang datar dipakai untuk longsoran pada batu (rock) atau pada tanah yang meskipun sudah lapuk tetapi bekas bidang perlapisan atau bidang lemah lainnya masih dominan.
Metode analisis kestabilan lereng yang banyak diterapkan adalah Metode Kesetimbangan Batas (Limit Equilibrium Method), yang dimulai oleh Cullman (1866) sebagai model numerik yang tertua dengan mengassumsikannya sebagai longsoran yang melalui garis lurus (straight line ship-surface). Dibawah ini adalah beberapa metode analisis kestabilan lereng dengan pendekatan kesetimbangan batas (limit equilibrium method).
Macam-macam metode analisis kestabilan lereng. |
Selanjutnya metode irisan yang dikembangkan oleh Peterson (1910), Bishop, Janbu, Nonociller dll, yang disebut juga sebagai Prosedur Irisan yang Disederhanakan (Generalized Procedure of Slices / GPS), banyak diterapkan dalam analisis kestabilan lereng. Metode analisis kestabilan lereng yang lain adalah metode elemen hingga (FEM) dan metode beda hingga (FDM) yang merupakan metode numerik dan berkembang cepat dengan semakin meningkatnya kemampuan perangkat komputer. Untuk batuan dengan bidang lemah (massa batuan) dipakai metode grafis, yaitu suatu metode statistik yang diterapkan pada proyeksi stereografis.