Macam-Macam Zona Alterasi Hidrotermal Menurut Ahli Geologi

Zona Alterasi - Seperti yang kita ketahui bersama bahwa alterasi merupakan suatu perubahan batuan dan mineral di dalamnya baik secara fisik maupun kimia, yang disebabkan oleh larutan hidrotermal. Meyer dan Hemley (1967), Rose and Burt (1979) dalam Evans (1987) membagi zona alteasi menjadi 10 bagian yaitu advanced argilic, sericitization, intermedit argillic, propylitic, chloritization, carbonatization, potasium silicate, silicification, feldspathization, dan tourmalinization.

Model alterasi - mineralisasi juga dibuat oleh Lowell dan Guilbert (1970), dengan menambahkan istilah zona filik untuk himpunan mineral seperti kuarsa, pirit, serisit, rutil, kalkopirit dan klorit. Dibawah ini disajikan penjelasan lengkap beberapa zona alterasi yang sering dijumpai di lapangan.

1. Propilitik
Dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot, illit/serisit, kalsit, albit dan anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200-300 C pada salinitas yang beragam, dan pH near-neutral,  umumnya pada daerah yang mempunyai permebealitas yang rendah.

2. Argilik
Pada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral, yaitu muskovit – kaolinit – monmorilonit dan muskovit – klorit – monmorilonit. Kumpulan mineral-mineral argilik pada umumnya terbentuk di suhu 200-300 C, salinitas yang rendah, dan fluida asam hingga netral.

3. Potassik
Tipe ini dicirikan oleh melimpahnya himpunan muskovit-biotit-alkali feldspar-magnetit. Anhidrit sering hadir sebagai assesori, serta sejumlah kecil albit dan titanit (sphene) atau rutil kadang terbentuk. Potassik terbentuk disekitar zona batuan beku intrusif yang terkait, salinitas tinggi, fluida panas (>300 C), dan dengan karakter magmatik yang kuat.

4. Fillik
Tersusun oleh himpunan mineral kuarsa-serisit-pirit, yang umumnya tidak mengandung mineral – mineral lempung atau alkali feldspar. Kadang mengandung sedikit Anhidrit, Klorit, Kalsit dan Rutil. Terbentuk pada temperatur sedang sampai tinggi (sekitar 230 – 400 C), fluida asam hingga netral dengan salinitas yang beragam, pada zona yang permeable dan pada batas dengan urat.

5. Propilitik Dalam (Inner Propylitic)
Menurut Hedenquist dan Lindquist (1985) dalam Pirajno, 1992 zona ubahan pada sistem epitermal sulfidasi rendah (fluida kaya akan klorida, pH mendekati netral). Umumnya juga menunjukkan zona ubahan seperti pada sistem porfiri, tetapi menambahkan istilah inner porpylitic untuk zona pada bagian yang bertemperatur tinggi (>300 C), yang dicirikan oleh kehadiran epidot, aktinolit, klorit, dan illit.

6. Advanced Argillic
Untuk sistem epitermal sulfidasi tinggi (fluida kaya asam-sulfat), ditambahkan istilah advanced argilic yang dicirikan oleh kehadiran himpunan mineral pirofilit + diaspor ± kuarsa ± tourmaline ± enargit - luzonit (temperatur tinggi, 250-350 C), atau kumpulan mineral kaolinit + alunit ± kuarsa ± pirit ± kalsedon (untuk temperatur rendah < 180 C).

7. Skarn
Skarn adalah batuan calc – silicate yang dibentuk oleh reaksi dari Si, Al, dan Fe yang dibawa oleh fluida magmatik , dengan Ca dan atau Mg sedimen karbonat. Batasan mineralogi skarn sampai sekarang masih kabur (Taylor, 1996). Masalah yang lain, banyak batuan skarn yang memperlihatkan tekstur ukuran butir halus, yang mempersulit dalam identifikasi mineral pada batuan skarn.

Walaupun demikian, terdapat mineralogi yang sangat umum yang didapatkan pada batuan skarn, yaitu kelompok garnet, piroksin, amfibol, epidot, dan magnetit. Mineral lain yang umum adalah wolastonit, klorit, biotit, dan kemungkinan vesuvianit (idokras).

Garnet-piroksin-karbonat adalah kumpulan mineral yang paling umum dijumpai pada batuan induk karbonat yang orisinil (Taylor 1996). Amfibol umumnya hadir pada skarn sebagai mineral tahap akhir yang meng-overprint mineral – mineral tahap awal.

Aktinolit (CaFe) dan tremolit (CaMg) adalah mineral amfibol yang paling umum hadir pada skarn. Mineral piroksin yang sering hadir adalah jenis hedenbergit (CaFe) dan diopsid (CaMg). Terbentuk pada fluida yang mempunyai salinitas tinggi dan temperatur tinggi (sekitar 300 – 700 C).

8. Greisen
Himpunan mineral pada greisen adalah kuarsa-muskovit (atau lepidolit) dengan sejumlah mineral asesori seperti topas, turmalin, dan fluorit yang dibentuk oleh ubahan metasomatik post-magmatik granit (Corbett dan Leach,1993).

Selain diatas, Seager et al. (1982) dalam Evans (1987) membagi zona alterasi menjadi 5 zona berdasarkan kumpulan mineral ubahan yang terkandung di dalamnya, yaitu:

1. Zona Potassik
Zona alterasi ini tidak selalu hadir dan merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam sistem hidrotermal dengan kedalaman bervariasi, umumnya lebih dari beberapa ratus meter. Alterasi tipe ini diakibatkan karena bertambahnya unsur potassium dalam peristiwa metasomatis serta disertai sedikit banyak unsur sodium dan kalsium .

Dicirikan oleh mineral ubahan ortoklas dan biotit sekunder atau ortoklas klorit, ortoklas-biotit-klorit, serisit, k-feldspar, kuarsa dan magnetit. Kuarsa hadir dalam bentuk stockwork. Dijumpai core derajat rendah dengan kandungan klorit dan serisit yang mencolok. Kalkopirit dan Pirit memiliki perbandingan 1:1 hingga 1:3. Endapan dijumpai berupa mikroveinlet, veinlet atau disseminated.

2. Zona Serisitisasi (Phyllic Zone)
Zona serisitisasi ini terletak dibagian luar zona potassik. Dicirikan oleh kumpulan kuarsa – serisit – pirit yang melimpah dan biasanya disertai minor klorit, llit dan rutil. Propillit mungkin hadir. Bagian dalam zona alterasi ini didominasi oleh serisit. Volume pirit mencapai 10% dari volume batuan dalam bentuk disseminated dan kalkopirit hanya sekitar 0,5%. Alterasi ini berhubungan dengan tingginya rekahan dimana bentuk endapannya berupa veinlet atau vein yang diisi oleh serisit, kuarsa dan mineral sulfida.

3. Zona Argilik
Zona alterasi ini tidak selalu hadir. Dicirikan oleh kumpulan mineral lempung, kuarsa dan karbonat. Pirit umum, tetapi lebih sedikit dibanding zona phyllic. Bagian atas tipe zona alterasi ini biasanya dijumpai zona advanced argilic yang tersusun oleh mineral diaspor, silika amorf atau kuarsa, korundum, andalusit dan alunit dalam keadaan asam tinggi. Argilik muncul pada bagian terluar dari sebuah sistem hidrotermal.

4. Zona Propilitik
Jenis zona alterasi ini selalu hadir, berkembang pada bagian terluar dari suatu zona alterasi (the outer and peripheral alteration zone), yang dicirikan oleh kumpulan mineral epidot maupun karbonat terutama kalsit dan juga mineral klorit.

Alterasi ini dipengaruhi oleh penambahan unsur H+ dan CO2. Mineral mafik primer (biotit dan hornblende) teralterasi oleh sebagian atau keseluruhan menjadi klorit dan karbonat. Plagioklas mungkin terubah.

Tipe ini akan berangsur-angsur mengelilingi batuan hingga radius yang cukup besar (bisa lebih dari ratusan meter). Logam sulfida seperti pirit juga mendominasi zona propilitik dengan mengganti fenokris hornblende maupun piroksin, sedangkan kalkopirit jarang dijumpai.

5. Alterasi Skarn (Calc-Silikat Zone)
Alterasi ini terbentuk akibat kontak antara batuan sumber dengan batuan karbonat. Tipe ini sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan yang kaya akan kandungan kalsit. Pada kondisi minim air, tipe ini dicirikan oleh hadirnya mineral garnet, wollastonit, klinopiroksin, serta magnetit dalam konsentrasi besar pada kondisi kaya air. Zona ini ditandai dengan kehadiran mineral klorit, tremolit - aktinolit dan kalsit dari larutan hidrotermal.
Komentar